belakang gawang

My blogs

About me

Introduction Sebakbola, bagi kami tak ubahnya obat penenang bagi seorang yang terjangkit keranjingan. Atau, wajah kekasih bagi sang perindudendam. Bahkan seperti ampunan bagi si jahanam. Itu membuat kami sering kali tak bisa menjaga diri dari sepakbola. Kami selalu kesulitan untuk menjaga jarak dengannya. Kami bukan wartawan sepakbola yang duduk manis di tribun utama dengan kertas dan pena. Kami ada di belakang gawang dengan mulut penuh--baik oleh teriak kegembiraan maupun umpatan penyesalan. Apa daya, kami bukan penulis yang suka sepakbola, tapi penggila bola yang mencoba menulis hal yang dicintainya. Jelas, itu bukan hal ideal--terutama untuk tulisan yang ingin dibaca (orang lain). Tapi, kami mau mencoba.